Oleh Reza A.A Wattimena
Doktor Filsafat dari
Universitas Filsafat Muenchen Jerman, Praktisi Zen di
Tradisi Rinzai Jepang dan
Son Korea, Dosen di Unika Widya Mandala
Surabaya.
Jalan hidup
Zen adalah jalan hidup untuk sungguh menyadari, siapa diri kita sebenarnya.
Nama kita bisa diubah. Semua identitas sosial kita juga bisa berubah. Tubuh
akan hancur. Jika semua itu dilepas, lalu
apa yang tersisa? Itulah jati diri alamiah kita sebagai mahluk semesta.
Jati diri
alamiah kita hanya bisa disadari, jika kita hidup disini dan saat ini. Kita
menjalani hidup kita saat
demi saat
dengan kesadaran penuh. Tidak ada kecemasan akan masa lalu ataupun masa depan.
Tidak ada multitasking. Yang ada hanyalah, apa yang sedang kita lakukan saat
ini? Lakukan sepenuh hati! Hidup dari saat ke saat dengan kesadaran penuh
adalah meditasi. Zen sendiri artinya adalah meditasi. Meditasi bukan hanya
duduk, tetapi juga dalam menjalani hidup sehari-hari dari saat ke saat secara
penuh. Ia membuahkan kejernihan serta ketenangan di dalam diri kita. Kita lalu
bisa menjalankan tugas serta kewajiban kita kepada orang lain setiap saatnya.
Hakekat Pikiran
Titik awal
Zen adalah kesadaran penuh, bahwa segala hal yang ada di alam semesta ini
adalah ciptaan pikiran kita. Materi menjadi terlihat konkret, karena kita
memiliki panca indera yang terhubung dengan pikiran kita. Jika panca indera
kita berbeda, maka materi pun akan terlihat berbeda. Semua benda, kata, konsep
dan penilaian adalah ciptaan pikiran kita. Mereka tidak berada secara mandiri,
lepas dari pikiran kita.
Pikiran kita
menciptakan itu semua. Kita lalu melekat pada hasil ciptaan pikiran kita, dan
lalu menderita. Kita kecanduan untuk memperoleh kenikmatan. Namun, nikmat dan
derita adalah dua sisi dari koin yang sama. Kita tidak bisa mendapatkan yang
satu, tanpa yang lainnya. Ketika kita memperoleh kenikmatan, maka bersiaplah
untuk menderita.
Pikiran
manusia juga ambigu. Ia kerap jatuh pada analisis berlebihan. Ini akhirnya
menciptakan kecemasan dan ketakutan yang tidak perlu. Pikiran manusia itu
seperti monyet. Ia suka melompat-lompat,
tanpa bisa diatur. Pada titik terparah, pikiran manusia yang tak teratur
mendorong orang pada sakit fisik, seperti kanker dan jantung, atau justru bunuh
diri.
Sebelum Pikiran
Zen hendak mengajak orang
untuk menjaga jarak dari pikirannya sendiri. Ia mengajak orang untuk bergerak
ke titik sebelum pikiran, yakni ke jati diri sejatinya sebagai manusia. Apa
yang ada sebelum pikiran? Yang jelas, tidak ada konsep. Tidak ada ketakutan.
Yang ada hanya satu: ruang besar yang
penuh kedamaian. Ketika
orang bisa menjaga jarak dari pikirannya, dan memasuki ranah sebelum pikiran,
maka ia memasuki ruang besar yang penuh kedamaian tersebut. Zen lalu melatih
orang
untuk bisa hidup dari
titik kedamaian tersebut. Orang jadi sepenuhnya terbuka pada kehidupan, dan
menjalani terus dengan keyakinan diri, apapun yang terjadi pada dirinya. Go straight,
don’t know!
Ketika makan, ya kita
sepenuhnya makan. Ketika tidur, ya kita sepenuhnya tidur. Ketika melihat, ya
kita sepenuhnya hanya melihat. Ketika mendengar, ya kita sepenuhnya hanya mendengar.
Ketika berjalan, ya kita sepenuhnya hanya berjalan. Inilah jalan hidup Zen.
Konflik dan Penderitaan
Ketika menghadapi konflik,
kita juga sadar, bahwa yang marah dan benci adalah pikiran kita. Pikiran kita
bukanlah kita. Pikiran adalah hasil dari bentukan masa lalu kita. Ia penuh
dengan beban ingatan, penyesalan dan kecemasan. Ketika mendalami Zen, kita
belajar untuk menjaga jarak dari pikiran kita. Kita tidak lagi larut dalam
pikiran yang datang dan pergi setiap saatnya.
Jika ini bisa dilakukan,
semua masalah bisa diselesaikan dengan kepala dingin. Negosiasi dan diskusi
adalah jalan yang ditempuh di dalam semua masalah. Tidak ada kemarahan. Tidak
ada kebencian. Tidak ada emosi. Semua itu hanya ilusi yang diciptakan oleh
pikiran yang tak terlatih.
Ketika menderita, kita
juga lalu sadar, bahwa yang menderita bukanlah kita, melainkan pikiran kita.
Pikiran kita menderita, karena ia tidak mendapatkan yang ia inginkan. Jika kita
bertekun di jalan Zen, kita tidak lagi larut dalam pikiran kita. Kita pun juga
tidak lagi larut di dalam penderitaan yang kita
alami. Pendek kata, kita
bisa tetap damai, walaupun menderita.
Cinta dan Kejernihan
Buah utama dari Zen adalah
kejernihan pikiran dari saat ke saat di dalam hidup. Dengan kejernihan, orang
lalu bisa mencintai semua hal, tanpa kecuali. Mencintai dan mengasihi adalah
hukum utama semua agama dan aliran kepercayaan di muka bumi ini. Maka, ketika
orang menekuni jalan Zen, ia
justru semakin dalam
memahami agama yang telah ia peluk. Zen tidak membuat orang berpindah agama,
tetapi justru membuat orang semakin dalam menghayati agamanya.
Cinta, yang berpijak pada jalan Zen, adalah
cinta yang secara alami yang muncul dari hati. Ia bukanlah perintah moral dari tradisi
ataupun orang suci. Di dalam Zen, cinta lahir dari kesadaran mendalam, bahwa
segala hal yang ada di alam semesta ini adalah satu kesatuan yang tak
terpisahkan,
bahkan dengan mahluk
planet lain yang kita belum kenal. Perbedaan adalah ilusi ciptaan pikiran.
Kesadaran semacam ini
hanya dapat diperoleh, jika orang paham, siapa dia sebenarnya, sebelum segala
pikiran muncul. Sebenarnya, kita adalah alam semesta. Kita adalah bintang di langit
dan galaksi di ujung alam semesta nun jauh disana. Kesadaran ini menjauhkan
kita dari penderitaan yang tak perlu, dan mengajarkan kita untuk mengasihi
segala hal, tanpa kecuali.
Kesehatan dan Terapi
Dengan menekuni jalan
hidup Zen, orang akan mendapatkan ketenangan batin. Ketenangan batin amatlah
penting untuk kesehatan mental seseorang. Zen, dalam arti ini, juga bisa menjadi
terapi bagi segala bentuk penyakit kejiwaan. Zen juga dapat dilihat sebagai
langkah pencegahan, supaya orang
tidak terjatuh ke dalam
beragam penyakit kejiwaan.
Kesehatan mental juga
terkait erat dengan kesehatan fisik seseorang. Begitu banyak penyakit fisik
yang lahir dari kecemasan dan ketakutan yang berlebihan. Stress dan depresi membunuh
sel otak dan menciptakan ketidakseimbangan hormon. Ini semua bisa menciptakan
penyakit hormonal, dan beragam jenis kanker.
Untuk orang-orang yang
sudah mengalami sakit parah, jalan hidup Zen juga menyediakan ketenangan batin.
Orang bisa merasa sakit, namun tak menderita. Dengan jalan hidup Zen, orang
bisa menemukan kedamaian di tengah rasa sakit dan masalah yang ia hadapi. Ini
hanya mungkin, jika orang tidak
menyamakan diri dengan
masalah ataupun rasa sakit yang ia alami. Pendek kata, ia berjarak dari apa
yang ia alami. Kematian pun tidak lagi menjadi sumber ketakutan.
Melampaui Ilmu Pengetahuan Modern
Pendekatan
Zen juga melampaui ilmu pengetahuan modern. Filsafat dan ilmu pengetahuan
modern masih melulu berpijak pada pikiran. Padahal, kerap kali, sumber
masalahnya adalah pikiran itu sendiri. Ini seperti mencuci darah dengan darah. Ini
adalah upaya yang sia-sia.
Ilmu
pengetahuan modern juga kerap kali membuat pemisahan. Mereka lupa, bahwa
pemisahan hanya di tataran teori. Di dalam kenyataan, semua hal terhubung
secara harmonis, tanpa terpisahkan. Dengan cara berpikirnya yang sekarang, ilmu
pengetahuan menciptakan ilusi keterpisahan. Buah dari ilusi keterpisahan ini
adalah pengrusakan alam semata untuk memuaskan kerakusan manusia.
Titik tolak
Zen adalah kesadaran akan kesatuan segala sesuatu. Ini membuat kita terbuka
pada alam. Alam tidak lagi dilihat sebagai sesuatu yang berbeda dari kita. Kita
melihat alam sebagai bagian dari diri kita sendiri. Dengan kesadaran semacam
ini, kita tidak akan merusak alam, hanya demi memuaskan kerakusan kita.
Untuk Kehidupan Modern
Kehidupan modern dipenuhi
dengan kesibukan dan tuntutan yang besar. Banyak orang tak tahan dengan tekanan
tersebut. Mereka lalu lari ke alkohol, seks, belanja atau narkoba. Semua itu
bukanlah jalan keluar, karena justru akan menciptakan masalah lainnya yang
lebih besar.
Zen amat cocok untuk
menjadi jalan keluar dari masalah ini. Zen mengajak orang untuk kembali ke
sebelum pikiran. Ia mengajarkan orang untuk berjarak dari semua pikiran yang menghasilkan
stress, depresi dan beragam tekanan hidup lainnya. Zen tidak menciptakan
ketergantungan apapun. Ia
juga tidak mempunyai efek
samping apapun, selain kejernihan dan kedamaian.
Ketika para profesional
menekuni jalan Zen, mereka akan menemukan kejernihan dan kedamaian. Pekerjaan
mereka juga akan semakin baik. Kinerja mereka meningkat. Tingkat stress juga
menurun. Mereka bisa menemukan kebahagiaan dan kedamaian di tengah tantangan
hidup yang tak kunjung
berakhir.
Jalan hidup Zen juga
mendorong perubahan sosial mendasar. Orang tidak lagi terjebak pada kerakusan
pikirannya. Jika banyak orang mengalami perubahan batin, maka perubahan tata
sosial pun tak bisa dihindarkan. Keadilan dan kemakmuran untuk semua perlahan
akan tercipta, dan semua ini dilakukan tanpa menggunakan kekerasan dalam bentuk
apapun.
Kebahagiaan di Dalam
Zen mengajarkan orang
untuk melihat ke dalam dirinya. Kebahagiaan dan kebenaran tidak bisa ditemukan
di luar diri manusia. Semua itu ada di dalam dirinya. Agama juga mengajarkan,
bahwa Tuhan ada di dalam hati manusia.
Ketika melihat ke dalam
secara konsisten, orang secara perlahan akan menemukan kedamaian yang ia cari.
Ia juga akan menemukan kejernihan. Ia tidak lagi tergantung secara emosional
pada benda-benda di luar dirinya, guna mendapatkan kebahagiaan. Ia menyadari,
siapa dia sebenarnya, dan itu menjadi sumber kekuatan sejati bagi hidupnya.
Jalan hidup Zen adalah
sebuah laku hidup yang perlu dilatih. Orang kerap kali gagal, dan kembali masuk
ke dalam penderitaan. Jangan khawatir. Kita hanya perlu kembali ke saat ini
sepenuhnya. Jika dilakukan secara konsisten, jalan hidup Zen akan mengubah
hidup kita secara mendasar. Kejernihan serta kebahagiaan akan mengisi sebagian
besar
hidup kita.
Jadi, tunggu apa lagi ?